Mendaki gunung dengan hanya berdua atau dengan sedikit orang, selain bisa lebih mudah menerapkan mendaki secara konservasi karena membawa sedikit barang yang berpotensi menjadi sampah, terkadang juga bisa memberikan sensasi tersendiri, apalagi kita belum pernah mendaki gunung tersebut sebelumnya he,...h pendaki amatiran yang bermodalkan info dan sedikit ilmu tentang kepecinta-alaman.
Kini tiba saatnya dalam kesempatan kami mendaki Gunung Raung, gunung berapi yang masih aktif dengan ketinggian 3344 mdpl yang terletak diujung timur pulau jawa, "nyebrang bentar, dikit lagi bali euy" he,...h kata Budi yang ada niatan suatu saat nanti ingin melancong kesana, dan inilah kronologis ceritanya, semoga berkenan dan bermanfaat.
Jum'at 18 Mei 2012
Jam sudah menunjukan hampir pukul 3 sore, cuaca mendung dan angkot yang ditunggu2 tak kunjung datang hingga akhirnya hujanpun turun dengan sangat lebatnya, sedangkan K.A Brantas kelas ekonomi yang akan kami tumpangi dari tanah abang menuju kediri berangkat pukul 16.05 WIB.
Dengan bantuan Bg Gatot, hujan2, saya dan Budi dari kampus 1 STIE Muhammadiyah Jakarta yang letaknya dijalan Kramat Raya No. 49 Jakarta Pusat nekad boncengan naik sepeda motor bertiga menuju stasiun tanah abang.
Setiba di tanah abang, kami singgah sebentar ditempat kediaman orang tua Bg Gatot yang memang dekat dari stasiun untuk ganti baju kami yang basah sebelum melanjutkannya dengan berjalan kaki ke stasiun.
Distasiun, setelah menunjukan tiket kepada petugas kami langsung mencari gerbong dan tempat duduk seperti yang tertera pada tiket untuk selang waktu tak berapa lama keretanya pun berangkat,... Buat Bg Gatot, "thanks yya, hujan2 dah mau anterin kami berdua ke stasiun".
Sabtu 19 Mei 2012
Distasiun kertosono kami tiba pukul 7 pagi sebelum melanjutkan perjalanan dengan K.A Logawa menuju Jember pukul 13.35 WIB, tapi ternyata saat itu K.A Logawa dua gerbongnya sedang dicarter untuk acara liburan sekolah yang dari jogya telat datangnya hingga hampir satu setengah jam yang membuat kami terpaksa menunggu hingga jam 3 sore,... Bete beud dag ah he'
Kurang lebih delapan jam perjalanan dari stasiun kertosono kami tiba di stasiun rambipuji dan melanjutkan perjalanan dengan bus hingga tengah malam menuju kalibaru, dengan menggunakan jasa ojeg dari kalibaru kami kedusun wonorejo menuju rumah kediaman Pak Soeto dan seterusnya untuk beristirahat.
Minggu 20 Mei 2012
Setelah izin pendakian, belanja logistik, dan sarapan kami langsung start pendakian dari rumah kediaman Pak Soeto menuju Pondok Pak Soenarya yang dijadikan sebagai titik Pos 1 (pondoknya sudah tidak ada), jalurnya bisa dilewati sepeda motor oleh warga yang hendak berkebun dan kalau mau disini kita juga bisa menggunakan jasa ojeg menuju Pos 1 he,...h tapi kami tak melakukannya, kami memilih untuk berjalan kaki, hitung2 aklimatisasi,... Bilang ja gak punya duit bro. :D
Didalam perjalan menuju Pos 1 kita juga bisa memenuhi kebutuhan air untuk selama pendakian nanti yang bisa kita ambil dari air sungai,.. Untuk menghemat tenaga, di Pos 1 kami memutuskan untuk bermalam.
Pemandangan di Pos 1 cukup menyenangkan pasalnya baru lihat deh di alam sepasang rangkong yang mesra terbang hilir mudik diatas tenda kami yang kalau terbang kepakan sayapnya mengeluarkan bunyi seperti helikopter dan saat kami bermalam didekat tenda kami juga ada aktivitas warga yang mencari hewan sejenis kumbang hingga larut malam menggunakan lampu genset, entah untuk apa, katanya sih buat obat.
Senin 21 Mei 2012
Dengan membutuhkan waktu kurang lebih 4 jam, dari Pos 1 kami menuju Camp 2, tempat yang cukup luas untuk bisa istirahat, disini juga banyak tandon2 yang telah terisi air, bahkan sudah ada yang sampai berlumut, tengah hari kami melanjutkan perjalanan menuju Pos 3 dan sampai disana sebelum maghrib,... Di Pos 3 kami memutuskan untuk bermalam.
Selasa 22 Mei 2012
Dari Pos 3 dengan waktu kurang lebih 6 jam dengan jalur yang terus menanjak kami tiba di Pos 4 dan disini tempat kami terakhir mendirikan tenda sebelum merencanakan summit attack besok pagi.
Rabu 23 Mei 2012
Alhamdullilah cuacanya cukup mendukung untuk kami melakukan summit attack dan pemandangan yang memacu adrenalinpun dimulai,...
Setelah sholat subuh berjamaah (He,...h yang nulis lg bener. :P) dan sarapan pagi, kami siap-siap dengan peralatan panjat yang kami bawa seperti tali karmantel 30 meter, figure of eight, carabiner dan beberapa webbing untuk dijadikan harness,... Kami berdua berjalan seperti di pematang sawah yang kanan kiri jurang sebelum berhadapan dengan tebing berbentuk piramida, kami berdua melewatinya dengan melipir tebing tersebut dengan saling beelay satu sama lain secara bergantian,... Sayang kami tidak memanjatnya heheh ngeri juga bro lihatnya!
Setelah itu kami harus melewati tebing batu, yang tingginya kurang lebih 5 meter dari kami bediri yang dibawahnya jurang yang apa bila ada batu jatuh, terdengar seperti batu di adu,... Mungkin dibawah kami itu batu cadas yang besar, he,...h gak ke bayang deh kalau sempat jatuh.
Kami rappeling untuk menuruni tebing lagi yang sesampainya dibawah kami melanjutkannya perjalanan untuk menuju puncak yang bentuknya seperti tusuk gigi, tracking dengan kemiringan yang cukup terjal dan mudah longsor, apa bila kita berjalan tidak hati2, batu-batu kerikil bahkan juga ada yang cukup besar menggelinding yang mungkin bisa mencederai teman kita yang ada dibawah.
Sesampainya di puncak tusuk gigi,... Kami turun melipir sebelum naik ke puncak dengan tujuan terakhir kami yakni PUNCAK SEJATI GUNUNG RAUNG dengan trianggulasi dan tanda dari teman-teman pendaki terdahulu, hari itu tidak ada pendaki lain, hanya kami berdua yang mendaki gunung raung... Perjalan dari Pos 4 kami tiba dipuncak tersebut pukul 10 pagi,... Alhamdullilah kami sehat semua disana hingga kembali lagi ke pos 4 pukul 1 siang untuk beristirahat dan kembali turun untuk pulang besok pagi.
Catatan,... Untuk kenyamanan dan keselamatan pendaki, sebaiknya kita melaksanakan prosedur standar pendakian dengan mempersiapkan fisik dan logistik serta mencari informasi yang cukup sebelumnya untuk melakukan pendakian,... Semoga kita selalu berada didalam lindungan Allah SWT,... Aamiin.
Setelah itu kami harus melewati tebing batu, yang tingginya kurang lebih 5 meter dari kami bediri yang dibawahnya jurang yang apa bila ada batu jatuh, terdengar seperti batu di adu,... Mungkin dibawah kami itu batu cadas yang besar, he,...h gak ke bayang deh kalau sempat jatuh.
Kami rappeling untuk menuruni tebing lagi yang sesampainya dibawah kami melanjutkannya perjalanan untuk menuju puncak yang bentuknya seperti tusuk gigi, tracking dengan kemiringan yang cukup terjal dan mudah longsor, apa bila kita berjalan tidak hati2, batu-batu kerikil bahkan juga ada yang cukup besar menggelinding yang mungkin bisa mencederai teman kita yang ada dibawah.
Sesampainya di puncak tusuk gigi,... Kami turun melipir sebelum naik ke puncak dengan tujuan terakhir kami yakni PUNCAK SEJATI GUNUNG RAUNG dengan trianggulasi dan tanda dari teman-teman pendaki terdahulu, hari itu tidak ada pendaki lain, hanya kami berdua yang mendaki gunung raung... Perjalan dari Pos 4 kami tiba dipuncak tersebut pukul 10 pagi,... Alhamdullilah kami sehat semua disana hingga kembali lagi ke pos 4 pukul 1 siang untuk beristirahat dan kembali turun untuk pulang besok pagi.
Catatan,... Untuk kenyamanan dan keselamatan pendaki, sebaiknya kita melaksanakan prosedur standar pendakian dengan mempersiapkan fisik dan logistik serta mencari informasi yang cukup sebelumnya untuk melakukan pendakian,... Semoga kita selalu berada didalam lindungan Allah SWT,... Aamiin.
***
keren (y)
BalasHapusIya, bisa buat referensi pendakian selanjutnya,... Salam lestari!
Hapus